Sabtu, 07 Desember 2013

Erni Widyawati



SEJARAH KELUARGA BAPAK SUMARI
SERTA KEADAAN SOSIAL-EKONOMI KELUARGANYA


MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
Pengantar Ilmu Sejarah
yang dibina oleh Bapak Prof.Dr. Hariyono, M.Pd
dan Ibu Indah W. P. Utami, S.Pd., S.Hum., M.Pd





Oleh
Erni Widyawati
130731615686










 

                                                                                             















UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS ILMU SOSIAL
JURUSAN SEJARAH
Desember 2013


DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.......................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ......................................................................................
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................
1.3 Tujuan ...................................................................................................
1.4 Metode Sejarah .....................................................................................

BAB II SEJARAH KELUARGA
2.1 Silsilah Keluarga ...................................................................................
2.2 Perkenalan antara Bapak Sumari dengan Ibu Antinah .........................
2.3 Proses Pernikahan Bapak Sumari dengan Ibu Antinah ........................
2.4 Keadaan Sosial-Ekonomi Keluarga ......................................................

BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ...........................................................................................
3.2 Saran .....................................................................................................

DAFTAR RUJUKAN .......................................................................................
LAMPIRAN .......................................................................................................
           


BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Keluarga memiliki arti yang sangat banyak tergantung siapa yang mengartikannya. “Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan” (Wikipedia, 2013). Sedangkan menurut penulis, Keluarga adalah orang-orang yang terdekat dengan kita, yang dapat merasakan apa yang kita rasakan, tempat kita mengadukan keluh dan kesah serta sandaran bagi kita ketika semua orang meninggalkan kita. Keluarga yang sempurna adalah keluarga yang terdiri dari bapak, ibu, dan anak.
Terdapat keunikan dalam perkenalan yang yang terjadi antara bapak Sumari dan ibu Antinah. Awalnya mereka berdua tidak saling mengenal sama sekali. Pertamuan pertama mereka terjadi ketika bapak Sumari sedang bekerja dan ibu Antinah pulang dari pasar. Keberanian bapak Sumari untuk berkenalan dengan gadis membuat beliau diolok-olokkan temannya, perkenalan itu tidak menimbulkan percakapan yang seru namun sangat berkesan bagi bapak Sumari. Ibu Antinah bukanlah gadis pertama yang dikenal oleh bapak Sumari melainkan gadis ke lima yang pernah di kenal oleh bapak Sumari.
Keluarga bapak Sumari termasuk keluarga kecil dengan perekonomian yang sedang-sedang saja. Bapak Sumari dari awal menikah tidak pernah memiliki pekerjaan yang tetap dengan pendapatan tetap diatas rata-rata. Sejak anak pertama hingga anak ke dua bapak Sumari lahir kesulitan ekonomi masih dirasakan oleh bapak Sumari dan ibu Antinah. Ketika anak ketiga mereka lahir ibu Antinah mulai ikut membantu bapak Sumari bekerja dengan berjualan telur di pasar pagi hari, seiring dengan usia anak bapak Sumari dan ibu Antinah berumur 2 tahun bapak Sumari mulai menekuni sebuah pekerjaan yang berjalan dengan lama. Mereka mendapatkan buah hati yang keempat ketika bapak sudah menekuni pekerjaan berjualan kelilingnya. Jarak antara anak ke tiga dan ke empat memiliki perbedaan yang cukup jauh yaitu 9 tahun. Saat usia anak ke empat bapak 1tahun bapak dan ibu mulai merencanakan untuk membuat rumah dengan biaya yang seadanya.
1.2  Rumusan Masalah
1.1.1.      Bagaimana gambaran silsilah keluarga bapak Sumari dan ibu Antinah?
1.1.2.      Bagaimana awal perkenalan antara bapak Sumari dengan ibu Antinah?
1.1.3.      Bagaimana proses pernikahan dan kehidupan awal pernikahan antara bapak Sumari dengan ibu Antinah?
1.1.4.      Bagaimana keadaan sosial-ekonomi keluarga bapak Sumari?

1.3  Tujuan
1.3.1        Untuk menjelaskan bagaimana silsilah keluarga antara bapak dan ibu ketika belum benikah.
1.3.2        Untuk menjelaskan bagaimana awal perkenalan bapak Sumari dan ibu Antinah.
1.3.3        Untuk menjelaskan bagaimana proses pernikahan dan kehidupan awal rumah tangga yang di bangun bapak Sumari.
1.3.4        Untuk mejelaskan bagaimana keadaan sosial-ekoonomi keluarga bapak Sumari.

1.4  Metode
Penulisan sejarah memiliki beberapa metode yaitu pemilihan topik, pengumpulan sumber, kritik intern dan ekstern, analisis dan interpretasi, dan penyajian dalam bentuk tulisan (Kuntowijiyo, 2013:64). Metode yang digunakan penulis dalam penulisan sejarah keluarga antara lain.

1.4.1        1.4.1   Pemilihan topik
Penulis sejarah yang penulis tulis berjudul sejarah keluarga bapak sumari serta kehidupan sosial-ekonomi keluargannya. Alasan mengapa penulis memilih topik tersebut karena terdapat beberapa keunikan yang terjadi yaitu sejarah perkenalan antara bapak Sumari dan ibu Antinah, serta terdapat hal yang mengharukan tentang bagaimana keadaan ekonomi keluarga tersebut. Namun penulis tidak sepenuhnya dapat mengungkap bagaimana keadaan ekonomi keluarga bapak Sumari dikarenakan narasumber tidak menceritakan semua dengan kata lain terdapat beberapa cerita yang di simpan oleh narasumber.

1.4.2        Heuristik
Penulis dalam mengumpulkan data menggunakan metode wawancara langsung dengan bapak Sumari, ibu Antinah, serta anak perempuannya yang nomor dua, untuk membandingkan tetang kebenaran kehidupan yang terjadi di masa lalu dan ekonomi yang terjadi selama ini.

1.4.3       1.4.3    Kritik
Penulis dalam mengumpulkan data-data dilakukan dengan cara wawancara langsung dengan bapak Sumari, ibu Antinah, serta dengan Sri Utami anak kedua bapak Sumari. Hasil wawancara yang penulis dapatkan dari bapak Sumari cukup lengkap, begitu juga dengan ibu Antinah sudah cukup lengkap. Akan tetapi terdapat perbedaan pendapat antara ibu Antinah dan bapak Sumari tentang pertemuan pertama mereka, bapak Sumari mengatakan jika mereka pertama kali bertemu ketika ibu Antinah pulang dari pasar setelah membeli buku dan bapak Sumari sedang belajar membelah bambu. Namun dalam hal ini ibu Antinah  memberikan pendapat lain karena beliau tidak pernah merasa membeli buku dan diajak berkenalan dengan bapak Sumari.

1.4.4     1.4.4       Interpretasi
Menurut penulis wajar saja apabila ibu Antinah lupa dengan pertemuan tersebut mengingat usia ibu Antinah  yang pada waktu itu masih kecil dan orang dahulu juga tidak mengenal tentang perkenalan antara pria dan wanita ketika muda. Begitu juga dengan kepolosan yang melekat dengan gadis zaman dahulu, tidak heran apabila ibu Antinah telah lupa dengan bagaimana awal pertemuannya dengan bapak Sumari.

1.4.5   1.4.5         Historiografi
Pada bab I penulis menjelaskan tentang latar belakang yang mendasari penulis mengangkat cerita tentang keluarga bapak Sumari, serta metode-metode yang digunakan dalam penulisan sejarah keluarga. Bab II pembahasan berisi tentang sejarah keluarga yang merupakan penjabaran dari rumusan masalah. Pada bab III merupakan penutup yang berisi tentang kesimpulan serta saran dari pembahasan.




BAB II
SEJARAH KELUARGA

2.1  Silsilah Keluarga
Keluarga bapak Sumari dan ibu Antinah hampir memiliki latar belakang sama. Namun yang membedakan keduanya adalah sebelum bapak Sumari menikah ayahnya telah meninggal dunia, sedangkan ibu Antinah orang tuanya masih lengkap. Kehidupan keras telah diajarkan oleh kedua orang tua ibu Antinah agar beliau mampu menjadi putri yang mendiri. Akan tetapi kehidupan lebih keras dirasakan oleh bapak Sumari ketika beliau di tinggal oleh ayahnya untuk menghadap Yang Maha Kuasa, beliau harus mampu mencari uang sendiri dan harus mampu menghidupi dirinya sendiri karena ibunya tidak memiliki kasih sayang yang besar kepadanya meskipun dia adalah anak satu-satunya.
Bapak Sumari adalah anak satunya dari pasangan bapak Tuwuh dan ibu Karminah, sedangkan ibu Antinah adalah putri ke empat dari pasangan bapak Dolmanan dan ibu Supirah. Meskipun ibu Antinah adalah anak terakhir beliau bukanlah anak kesayangan dari kedua orangnya. Ibu Antinah memiliki satu saudara laki-laki dan dua saudara perempuan. Salah satu dari dua saudara perempuannya inilah yang di sayang oleh orang tua ibu Antinah. Setelah menikah ibu Antinah memutuskan untuk ikut dengan bapak Sumari, begitu juga dengan kedua kakak perempuannya yang bernama Ikem dan Piatun juga memutuskan ikut dengan suami mereka. Sedangkan yang tinggal dekat dengan orang tua ibu Antinah adalah saudara laki-lakinya yang bernama Suparni.
Pernikahan antara bapak Sumari dan ibu Antinah melahirkan empat buah hati anak pertama laki-laki bernama Sunaryo yang sekarang telah menikah dan memiliki satu orang putra bernama Denis Setyo. Anak kedua perempuan bernama Sri Utami dan dia juga telah menikah serta memiliki seorang putri bernama Eka Kurnia Ramadhani. Anak ketiga laki-laki bernama Suyanto sekarang sudah bekerja. Anak terakhir perempuan bernama Erni Widyawati. Yang masih menjadi tanggungan bapak Sumari dan ibu Antinah adalah putra ke tiga dan putri ke empatnya yang masih tinggal satu atap dengan mereka.

Gambar: silsilah keluarga bapak Sumari


2.2 Perkenalan antara Bapak Sumari dengan Ibu Antinah
Pertemuan pertama antara bapak Sumari dan ibu Antinah pada awalnya tidak pernah direncanakan. Menurut bapak Sumari beliau pertama kali bertemu dengan ibu Antinah ketika ibu Antinah baru saja pulang dari pasar membeli tiga buah buku bersama temannya. Ketika diajak untuk berjabat tanggan ibu Antinah merasa malu dan ragu-ragu terlebih ada sorakan dari teman-teman bapak Sumari. Pada saat itu bapak Sumari pertama kali belajar dan bisa membelah satu buah bambu menjadi tiga dengan pisau.
Ibu Antinah mengatakan dia tidak pernah merasa membeli buku bersama temannya dan diajak berkenalan dengan bapak Sumari. Namun beliau tidak ingat pastinya kapan pertama kali beliau bertemu dan berkenalan dengan bapak Sumari yang beliau ingat adalah pertama kali bertemu ketika akan ijab kabul saat itulah beliau baru tahu dan  melihat calon suaminya.
Ternyata dari pertemuan pertama tersebut bapak Sumari telah tertarik dengan ibu Antinah. Pada waktu itu ada seorang yang mengaku tahu dimana rumah ibu Antinah sehingga bapak Sumari semakin bersemangat untuk berkenalan dengan ibu Antinah. Akhirnya bapak Sumari mencari tahu dimana tempat tinggal gadis yang diajak berkenalan itu. Dan memberanikan diri untuk bertamu ke rumah gadis itu. Namun setiap kali bertamu ke rumah ibu Antinah yang menemui adalah ayang dari ibu Antinah.
Dulu sebelum bertemu dan berkenalan dengan ibu Antinah bapak Sumari mengaku pernah berkenalan dan dekat dengan empat gadis. Namun setelah bertemu dengan ibu Antinah beliau tinggalkan para gadis itu dan setia kepada ibu Antinah sampai sekarang.

2.3 Proses Pernikahan Bapak Sumari dengan Ibu Antinah
Kisah pertemuan yang begitu unik tersebut berakhir dengan manis yang berujung pernikahan antara bapak Sumari dengan ibu Antinah. Sejak pertemuan tersebut hubungan bapak Sumari dengan keluarga ibu Antinah menjadi semakin dekat. Hingga suatu ketika bapak Sumari ditawari oleh seorang yang dipercaya oleh orang tua ibu Antinah yang tinggal di desa dimana bapak Sumari tinggal untuk menikah dengan ibu Antinah, mendengar tawaran dari orang tersebut bapak Sumari menyetujui tawaran tersebut dan bersedia untuk menikah dengan ibu Antinah.
Melalui tawaran tersebut bapak Sumari memberanikan diri untuk  melamar ibu Antinah. Jarak antara lamaran (sisetan) orang jawa biasanya menyebut dengan pernikahan adalah enam bulan. Selama enam bulan tersebut ketika bapak Sumari kerumah ibu Antinah, ibu Antinah selalu lari ketakutan dan bersembunyi dimana beliau tidak bisa menemukannya begitu menurut penuturan bapak Sumari.
Ibu Antinah mengaku awalnya beliau belum ingin untuk menikah karena beliau masih ingin bekerja, namun yang namanya orang zaman dahulu pasti tidak mampu untuk menolak permintaan dari orang tua. Dulu ayah ibu Antinah juga mengajakan kepada beliau apabila beliau menikah dengan bapak Sumari pasti hidup beliau akan bahagia karena bapak Sumari adalah anak tunggal yang tidak mempunyai saudara lagi. Dengan perkataan dari ayahnya yang begitu meyakinkan tersebut akhirnya ibu Antinah bersedia untuk menikah dengan bapak Sumari.
Perjalanan menuju pernikahan bapak Sumari tidak mendapatkan suatu kendala apa-apa meskipun pada waktu akan menikah bapak Sumari belum memiliki pekerjaan yang tetap. Untuk mendapatkan restu dari orang tua ibu Antinah pun di rasa sangat mudah, karena pada waktu itu ayah ibu Antinah memberikan kepercayaan yang sepenuhnya terhadap bapak Sumari. Asalkan bapak Sumati bersungguh-sungguh dalam menikahi ibu Antinah, ayah ibu Antinah rela melepaskan putrinya untuk bapak Sumari.
Pernikahan antara bapak Sumari dan ibu Antinah terjadi pada hari Selasa, 8-7-1399H atau tanggal 05 Juni 1979. Pada waktu itu semua baju yang dikenakan oleh bapak Sumari adalah baju pinzaman, karena pertama kali memakai dasi dan beliau pun tidak bisa dalam melakukan hal itu, akhirnya meminta bantuan kepada orang lain untuk memakaikannya. Perjalanan tidak semudah yang direncanakan pada waktu berangkat akad nikah sepeda yang ditumpangi oleh bapak Sumari selip dengan sepeda motor yang mengakibatkan beliau terjatuh sampai-sampai celana yang dipakai robek di bagian lutut. Usahanya tidak berhenti sampai disitu saja, beliau tetap melanjutkan perjalanan dan celana tersebut tetap dipakai meskipun robek.
Pada waktu acara respsi pernikahan celana yang dipakai oleh bapak Sumari tetap celana yang robek kemarin karena hanya itu satu-satunya celana yang beliau punya itupun merupakan celana pinzaman dari tetangga. Iring-iringan pengantin Ngeterne manten (sebutan bagi orang Jawa) yang dilakukan pada waktu acara resepsi Temu Manten (orang Jawa) di rumah ibu Antinah, bapak Sumari membawa Batur Manten (sebutan orang Jawa) atau pengiring sebanyak satu mobil pick-up. Sedangkan ketika ibu Antinah beserta keluarga pergi ke rumah bapak Sumari untuk melaksanakan resepsi di rumah bapak Sumari beliau membawa pengiring atau Batur Manten sebanyak satu truk.
Setelah menikah ibu Antinah langsung bersedia untuk diajak hidup di rumah bapak Sumari. Pada awalnya dalam menyesuaikan hidup di lingkungan yang baru ibu Antinah membutuhkan proses yang cukup lama. Ketika ditinggal bapak Sumari bekerja pasti ibu Antinah akan pergi ke rumah tetangga. Anak pertama bapak Sumari dan ibu Antinah lahir ketika usia pernikahan mereka berjalan dua tahun, kelahiran putra pertama dilakukan di rumah ibu Antinah atau mertua bapak Sumari. Baru kelahiran anak ke dua dan anak ketiga dilakukan di rumah bapak Sumari, sedangkan anak ke empat yang kelahirannya dilakukan di rumah sakit.

2.4 Keadaan Sosial-Ekonomi Keluarga Bapak Sumari
Sejak awal pernikahan bapak Sumari telah gigih bekerja sekuat tenaganya untuk menghidupi ibu Antinah. Setelah menikah bapak Sumari bekerja di bengkel reparasi sepeda ikut orang. Selanjutnya bapak Sumari mulai bekerja sebagai penguras got TRI (Tebu Rakyat Indonesia) di desa Selodono selama 3tahun. Keluar dari pekerjaan itu lalu bapak Sumari bekerja seadanya atau Serabutan seperti mencangkul di sawah, mengambil buah kelapa milik tetangga. Merasa memiliki tanggung jawab yang besar kepada istri dan anaknya yang sudah berjumlah tiga akhirnya bapak Sumari memutuskan untuk berpindah ke pekerjaan yang lainnya yaitu berjualan singkong dan nanas naik sepeda yang di bagian belakangnya diberi tempat sebagai wadah barang-barang yang di jual, wadah tersebut terbuat dari bambu yang oleh orang Jawa disebut Obrok  beliau membawa barang tersebut ke Ngunut-Tulungagung selama 2 tahun, setelah itu beliau Ngobrok  singkong ke Pasar Pahing kota Kediri. Tidak tega melihat bapak Sumari yang mencari nafkah sendiri akhirnya ibu Antinah memutuskan untuk membantu bapak Sumari dengan cara berjualan telur di pasar setiap pagi dengan membawa anakanya yang paling kecil.
 Pada tahun 1987 pekerjaan berat berjualan singkong ditinggalkan oleh bapak Sumari dan akhirnya beliau mulai berjualan Dawet memakai gerobak dorong, sedangkan pada waktu bulan puasa karena tidak bisa berjualan makanan bapak Sumari dan ibu Antinah memutuskan untuk membuat kerupuk dari singkong, lalu dijual di pengepul yang ada dipasar. Pendapatan dari berjualan kerupuk tersebut digunakan oleh ibu Antinah untuk hidup selama bulan puasa hingga lebaran. Pada tahun 1990 bapak Sumari mulai memakai becak roda tiga untuk berjualan dawet, bapak Sumari melakukan jualan dawet tidak berhenti di tempat namun beliau berkeliling desa menjajakan dagangannya.
Perekonomian mulai tertata ketika beliau dalam berjualan dawet keliling telah lancar, ketika itu beliau telah mampu untuk mengumpulkan sedikit demi sedikit uang untuk membuat rumah. Hingga akhirnya diusia anaknya yang ke empat 1 tahun, beliau mampu membuat rumah sendiri dan mengajak istri serta anaknya untuk tidak lagi menempati rumah ibunya.
Hingga tahun 2010 bapak Sumari menekuni pekerjaannya berjualan dawet keliling yang tanpa terasa tenaganya semakin terkikis seiring berjalannya zaman. Pada bulan Pebruari tahun 2010 akhirnya bapak Sumari memutuskan untuk tidak lagi berjualan dawet keliling. Mulai saat itu bapak Sumari tidak lagi memiliki pekerjaan tetap. Pada saat itu hingga sekarang yang menjadi tulang punggung keluarga bapak Sumari adalah putrinya yang ke dua yang bernama Sri Utami. Dialah yang setiap bulannya memberikan uang kepada bapak Sumari dan ibu Antinah untuk biaya hidup.




BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan dari penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan antara lain:
3.1.1    Bapak Sumari adalah anak satunya dari pasangan bapak Tuwuh dan ibu Karminah, sedangkan ibu Antinah adalah putri ke empat dari pasangan bapak Dolmanan dan ibu Supirah. Dari pernikahan bapak Sumari dan ibu Antinah memiliki empat orang anak, dua menantu dan dua cucu.
3.1.2    Pertemuan pertama bapak Sumari dan ibu Antinah terjadi ketika ibu Antinah pulang dari pasar bersama temannya sehabis membeli buku, ketika itu bapak Sumari pertama kali belajar membelah satu bambu menjadi tiga buah.
3.1.3    Pernikahan antara bapak Sumari dan ibu Antinah terjadi tanggal 5 Juni 1979 dengan pesta pernikahan yang cukup meriah. Setelah menikah ibu Antinah langsung mau untuk diajak hidup di rumah bapak Sumari. Pada awalnya dalam menyesuaikan hidup di lingkungan yang baru ibu Antinah membutuhkan proses yang cukup lama. Ketika ditinggal bapak Sumari kerja pasti ibu Antinah akan pergi ke rumah tetangga.
3.1.4    Keadaan perekonomian bapak Sumari sejak awal menikah hingga sekarang memiliki masa pasang dan surut. Ada saatnya beliau mengalami masa diatas dan suatu ketika mengalami masa dibawah. Bidang yang pernah ditekuni oleh bapak Sumari adalah montir, buruh tani, dan pedagang.
3.2 Saran
Jalan kehidupan tidak selalu lurus terkadang ada belokan serta tanjakan. Oleh karena itu kita tidak boleh selalu mengeluh sebagai manusia dan harus terus bersyukur atas nikmat yang diberikan Tuhan, serta mengusahakan suatu hal yang ingin kita raih. Putus asa akan menjauhkan kita dengan cita-cita yang telah di depan mata. Serta diperlukan pemahaman dan pengumpulan data yang cukup dalam menyelesaikan tugas ini.




DAFTAR RUJUKAN

Buku:
Kuntowijiyo. 2013. Pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta: Tiara wacana
Wikipedia. 2013. Pengertian Keluarga, (Online), (www.id.wikipedia.ogr/wiki/keluarga#pengertian), diakses 05 Desember 2013.

Wawancara:
Narasumber I :
Nama                 : Sumari
Alamat              : Dsn. Muning Ds. Selodono RT/RW 01/04 Kec. Ringinrejo Kab. Kediri
Jenis Kelamin    : Laki-laki
TTL                   : Kediri, 01 Juli 1955
No. Telp            : 085648544504

Narasumber II :
Nama                 : Antinah
Alamat              : Dsn. Muning Ds. Selodono RT/RW 01/04 Kec. Ringinrejo Kab. Kediri
Jenis Kelamin    : Perempuan
TTL                   : Kediri, 08 Juli 1963
No. Telp            : -

Narasumber III :
Nama                 : Sri Utami
Alamat              : Dsn. Muning Ds. Selodono RT/RW 01/04 Kec. Ringinrejo Kab. Kediri
Jenis Kelamin    : Perempuan
TTL                   : Kediri, 15 Oktober 1983
No. Telp            : -


 

LAMPIRAN

Bukti surat nikah antara bapak Sumari dengan ibu Antinah




Foto pernikahan bapak Sumari dangan ibu Antinah


Kartu keluarga bapak Sumari










Bapak Sumari dan ibu Antinah, beberapa tahun yang lalu
 


Foto Kel.  bapak Sumari:
Dari kiri à Sri Utami, bapak Sumari, Karminah (ibu bpk Sumari), Erni Widyawati, ibu Antinah, dan Suyanto


Tidak ada komentar:

Posting Komentar