Kamis, 31 Oktober 2013

Kelompok 4 Revisi



PERAN INTERPRETASI DAN IMAJINASI DALAM SEJARAH



MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
Pengantar Ilmu Sejarah
 yang dibina oleh Bapak Prof. Dr. Hariyono, M. Pd dan
Ibu Indah W.P. Utami, S.Pd., S.Hum., M.Pd






Disusun Oleh:
Rendy Aditya Putra Etrisia             (130731615718)
Misda Ulum                                     (130731615721)
Rike Andrias                                    (130731615702)
Dwi Margianti                                 (130731607292)
Riska Apriliyana                              (130731616750)





















UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS ILMU SOSIAL
JURUSAN SEJARAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH
September 2013

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.......................................................................................................................... i
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah....................................................................................... ii
1.2 Rumusan Masalah................................................................................................ ii
1.3 Tujuan.................................................................................................................. iii

BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Arti imajinasi...................................................................................................... 1
2.2 Arti interpretasi.................................................................................................. 2
2.3 Peran interpretasi dan imajinasi dalam sejarah................................................... 3
2.4 Kesalahan dalam interpretasi............................................................................. 6

BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan........................................................................................................ 8
3.2 Kritik dan Saran................................................................................................. 8
DAFTAR RUJUKAN

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Dalam proses penulisan sejarah terdapat metode-metode yang sangat penting, yang harus diketahui oleh para sejarawan. Metode-metode dalam sejarah tersebut antara lain heuristik, kritik sumber, interpretasi dan historiografi. Menurut R. Moh Ali salah satu dari proses itu adalah metode sejarawan untuk merekonstruksi secara kritis, analitis dan imajinatif peristiwa pada masa lampau(Herimanto, 2009:3). Interpretasi dan imajinasi adalah contoh dari beberapa aspek yang harus ada dalam berbagai metode-metode penulisan karya ilmiah. Sejarah sebagai ilmu yang mempelajari tentang peristiwa-peristiwa yang terjadi dimasa lampau, dalam penyajiannya menjadi sebuah materi,  juga tidak bisa lepas dari unsur interpretasi dan imajinasi untuk merekonstruksi masa lalu.. Oleh karena itu, sejarah juga dikatakan sebagai seni karena dalam proses interpretasi dan imajinasi seorang sejarawan memerlukan kreativitas seni yang tinggi untuk dapat merekonstruksi masa lalu sesuai dengan fakta-fakta yang ada. Dalam pembahasan kali ini kami akan mencoba mengkaji perihal peran interpretasi dan imajinasi dalam penulisan sejarah.

1.2   Rumusan Masalah
1.2.1   Apa arti imajinasi?
1.2.2   Apa arti interpretasi?
1.2.3   Bagaimana peran interpretsi dan imajinasi dalam sejarah?
1.2.4   Apa saja kesalahan dalam interpretasi?

1.3  Tujuan
1.3.1        Mengetahui apa itu arti dari imajinasi
1.3.2        Mengetahui apa ituarti dari interpretasi
1.3.3        Mengetahui apa saja peran interpretasi dan imajinasi dalam sejarah
1.3.4        Mengetahui kesalahan dalam interpretasi

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Arti Imajinasi
Imajinasi identik dengan khayalan atau  sering dihubung-hubungkan dengan alam bawah sadar. Dalam penulisan sejarah, aspek imajinasi sangat diperlukan dalam menggambarkan suatu peristiwa yang terjadi dimasa lampau. Sujatmiko (2012) mengatakan bahwa “Sejarah memerlukan imajinasi, yaitu untuk membayangkan apa yang sebelum, sekarang dan sesudah kejadian sebuah peristiwa”. Apa dan bagaimanapun sisa yang didapat, sejarawan harus dapat mengungkap peristiwa, kehidupan atau apa saja dibalik sisa-sisa yang tertinggal tersebut. Imajinasi adalah kemampuan dari seseorang untuk menggambarkan suatu peristiwa.  Dengan imajinasi, seorang sejarawan dapat menggambarkan secara detail peristiwa-peristiwa tersebut dengan baik. Herimanto (2009:13) menyimpulkan bahwa “sejarah ditulis dan disusun secara imajinatif agar menarik pembaca seperti saat membaca sebuah kisah roman yang indah...pembaca dalam mempelajari hasil penulisan sejarah tidak hanya merasa senang layaknya membaca novel, tetapi juga dapat berimajinasi kemasa lampau”. Sedangkan menurut Tajuddin (2011) mengatakan bahwa “imajinasi dalam sejarah merupakan kemampuan  sejarawan untuk  membayangkan suatu peristiwa yang sedang terjadi dan apa yang terjadi sesudah itu”. Imajinasi dalam sejarah dan imajinasi dalam sastra sangat berbeda. Jika dalam sejarah imajinasi harus sesuai dengan fakta-fakta atau sumber-sumber yang ada sedangkan imajinasi dalam sastra sesuai dengan khayalan penulis dan dibuat semenarik mungkin agar pembaca tertarik. Jadi imajinasi sangat diperlukan dalam sejarah karena imajinasi akan membuat pembaca merasa penasaran apa yangterjadidi masa lampau dan di masa yang akan datang sesuai dengan fakta-fakta yang ada.

2.2 Arti Interpretasi
Selain imajinasi, aspek lain yang harus ada dalam penulisan sejarah adalah interpretasi sejarah. “Interpretasi adalah menafsirkan peristiwa yang terjadi pada masa lampau”(Herimanto, 2009:6). Sedangkan menurut  Kuntowijoyo (1995:78) mengatakan bahwa “interpretasi atau penafsiran sering disebut sebagai biang subjektivitas”. Berdasarkan kedua pendapat diatas dapat diketahui bahwa interpretasi adalah penafsiran rekonsruksi masa lalu dengan mengunakan objek tertentu.Jika suatu objek (karya seni, ujaran, dll) cukup jelas maknanya, objek tersebut tidak akan mengundang suatu interpretasi.Dengan interpretasi, terdapat wadah untuk menyajikan sejarah kepada masyarakat melalui cara-cara dan kreativitas sejarawan.

2.3 Peran Interpretasi dan Imajinasi dalam Sejarah
·           Rekonstruksi sejarah menghasilkan bentuk
·           Setiap bentuk memuat unsur-unsur yang berwujud konstruk abstrak
·           Dengan imajinasi sejarawan bisa mengambarkan dan merumuskan peristiwa yang terjadi saat itu
·           Peran utama imajinasi dalam analisis sejarah membantu mencari kaitan antar fakta
·           Imajinasi didukung interpretasi sebagai perekat antar  fakta-fakta sejarah

Menurut Kuntowijoyo (1995:78) menyatakan bahwa:
interpretasi atau penafsiran sering disebut sebagai biang subjektivitas. Sejarawan yang jujur akan mencantumkan data dan keterangan dari mana data itu diperoleh. Orang lain dapat melihat kembali dan menafsirkan ulang. Itulah sebabnya, subjektivitas penulisan sejarah diakui, tetapi untuk dihindari. Interpretasi itu ada dua macam yaitu analisis dan sintesis.

Maksud dari analisis tersebut adalah menguraikan suatu subjek yang telah diteliti serta mengandung suatu arti yang mungkin mengandung sebuah sumber-sumber dari beberapa pengamatan yang telah dilakukan. Kedua Mengenai sintesis yaitu menyatukan sebuah data kemudian diurutkan untuk menjadi penggelompokan data. Tetapi tidak sembarangan data yang dikelompokan, harus memiliki konsep yang akurat. Dalam analisis dan sintesis tidak harus sama dari data yang lainnya. Misalnya saja dalam dunia detektif itu sangat berkaitan dengan suatu analisis yang kemudian akan dibentuk suatu kronologis data yang telah ada kosep yang bersifat realitas. Antara data dan realitas adanya perbedaan yang bertingkat dari segi perolehan data, pembedaan data, metode-metode yang dipakai oleh para detektif ataupun sejarawan tersebut.

2.4 Kesalahan dalam Interpretasi
Kuntowijoyo (1995:139) menyatakan bahwa “dalam usaha memberikan penjelasan sejarah, sering sejarawan lupa bahwa ia terikat oleh logika yang telah diterima oleh semua ilmu.  Kemampuan mengumpulkan sumber harus disertai dengan kemampuan menjelaskan”.Memprediksi suatu hal yang terjadi dalam sejarah harus dijelaskan secara rincidan terutama harus sesuai dengan fakta yang ada. Tidak boleh hanya asal-asalan saja. Bagaimana cara menjelaskan berdasarkan data yang sudah dikumpulkan tersebut agar dapat menarik kesimpulan. Dalam sejarah sering menggunakan metode-metode sejarah yang salah satunya interpretasi ini. Tapimereka hanya mampu melakukan penafsiran tanpa menjelaskannya.












BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Peran interpretasi dan imajinasi dalam sejarah sangat penting. Interpretasi/ penafsiran dan imajinasi dalam penulisan sejarah merupakan wadah bagi para sejarawan untuk merekonstruksi peristiwa yang terjadi dimasa lampau yang beguna bagi bahan pembelajaran sejarah untuk masyarakat umum.Informasi itu dapat berbentuk lisan, tulisan, gambar atau berbagai bentuk bahasa lainnya. Dengan interpretasi dan imajinasi dalam sejarah seseorang dapat menafsirkan dan menggambarkan masa lampau. Dalam interpretasi pun seorang sejarawan harus mampu menjelaskan secara rinci.

3.2 Kritik dan Saran
            Dalam makalah peran interpretasi dan imajinasi dalam sejarah ini,  kami berharap para pembaca dapat menyempurnakan isi dari makalah ini dengan berpedoman pada berbagai sumber yang telah dikemukakan oleh beberapa sejarawan dan ahli pada bidangnya. Harapan kami makalah pengantar ilmu sejarah dapat bermanfaat bagi para mahasiswa untuk memenuhi tugas mata kuliah tersebut dan bagi masyarakat umum sebagai bahan penambah wawasan. Apabila ada salah dalam makalah ini kami minta maaf karena makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, kritik dan saran anda sangat berguna bagi perbaikan dan revisi pembuatan karya ilmiah kami yang akan datang.Terima kasih.     






                                                                                 

DAFTAR RUJUKAN

Kuntowijoyo, 1995. Pengantar Ilmu Sejarah.Yogyakarta:Tiara Wacana
Herimanto. 2009. Sejarah: Pembelajaran Sejarah Interaktif 2. Surakarta:Platinum.
Iskandar. 2011. Fakta dan Imajinasi: peran imajinasi dalam proses analisis. (online), (http://sejarah.edc.blogspot.com/pengertian), diakses 17 September 2013
Tajuddin. 2011. Sejarah yang abadi:UTS Pengantar Ilmu Sejarah. (oline), (roberttajuddin.blogspot.com/2011/11), diakses pada 18 September 2013
Sujatmiko, 2012. Makna dan Kegunaan Sejarah. (online), (http://pendidikan4sejarah.bogspot.com), diakses pada 18 September 2013






Kamis, 24 Oktober 2013

kelompok 3 refisi


SUBJEKTIVITAS DAN OBJEKTIVITAS DALAM ILMU SEJARAH



MAKALAH

UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
Pengantar Ilmu Sejarah
yang dibina oleh ibu Indah W. P Utami, S. Pd, S. Hum, M. Pd

Oleh:

1.      Farid Wajdi                                 (130731616748)
2.      Kiki Candra Nalurita Ciptadi     (130731607235)
3.      Mochamad Hanafi                      (130731607275)
4.      Tiari Mashitah                             (130731616747)
5.      Yoni Puspita Suryani                  (130731616737)


















UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS ILMU SOSIAL
JURUSAN SEJARAH
September 201



DAFTAR ISI
Daftar Isi.......................................................................................................... ii
Bab I PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang............................................................................... 1
1.2  Rumusan Masalah atau Topik Bahasan.......................................... 1
1.3  Tujuan Penulisan............................................................................. 2
Bab II PEMBAHASAN`
2.1 Subjektivitas dan Objektivitas dalam Ilmu Sejarah........................ 3
2.2 Kebenaran Subjektivitas dan Objektivitas dalam Ilmu Sejarah..... 4
Bab III PENUTUP
3.1 Kesimpulan.....................................................................................
3.2 Saran...............................................................................................
DAFTAR RUJUKAN




BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Masyarakat pada saat ini sudah lazim mendengarkan kata objektivitas dan subjektivitas, pada umumnya objektivitas dan subyektivitas dikenal oleh semua kalangan masyarakat sebagai suatu hal yang saling berhubungan antara yang melakukan dan apa yang dilakukan. Berdasarkan pengertiannya, objektvitas dan subyektivitas itu berbeda,baik arti maupun kedudukannya. Di dalam pengkajian ilmu sejarah kedua hal ini merupakan aspek yang sangat penting untuk menentukan kebenaran suatu sejarah.Karena dengan memahami makna dari objektivitas dan subjektivitas tersebut akan membuka wawasan kita dalam fungsi yang sebenarnya. Para sejarawan dalam menuliskan suatu sejarah/penulisan sejarah tidak semata-mata menurut kehendaknya sendiri namun harus tetap berdasarkan kedua aspek itu untuk bisa menjadikan tulisannya dikatakan ilmiah.
Dalam hal ini penulis akan membahas dan menjelaskan tentang bagaimana objektivitas dan subjektivitas dalam ilmu sejarah untuk menjawab kesulitandalam memehami objektivitas dan subjektivitas, yang menybabkan kesalahan dalam menafsirkan dan menuliskan suatu sejarah.
1.2 Rumusan Masalah atau Topik Bahasan
              Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah yaitu sebagai berikut :
1.    Bagaimanakah subjektivitas dan objektivitas dalam sejarah?
2.    Bagaimanakah kebenaran subjektivitas dan objektivitas dalam sejarah?
              Adapun topik bahasan dalam makalah ini hanya berbatas pada kebenaran subjektivitas dan objektivitas dalam sejarah, hal ini dilakukan agar tidak terjadi kekaburan dalam pembahasan makalah ini.


1.3                   Tujuan Penulisan Masalah
          Dari rumusan masalah diatas,maka dapat diambil tujuan yang akan dicapai, sehingga memberikan pemahaman tambahan dalam mempelajari tentang penulisan sejarah didalam ilmu sejarah, sebagai berikut:
1.      Mengetahui subjektivitas dan objektivitas dalam sejarah yang merupakan dasar dalam suatu penulisan sejarah
2.      Menjelaskan kebenaran subjektivitas dan objektivitas dalam sejarah.


BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Subjektivitas dan Objektivitas dalam Ilmu Sejarah                                        Sejarah sebagai ilmu pengetahuan soaial yang mempelejari kejadian atau perstiwa pada masa lalu, yang mana dalam penafsiran suatu temuan tinggalan maupun kejadian pada masa lalu, memerlukan pemahaman yang mendasar dengan mengacu pada kesubjektivitasan dan objektivitas, sehingga dapat dikatakan bahwa hasil dari penafsiran suatu sejarah itu ilmiah dan dapat diterima oleh masyarakat. Subjektivitas dan objektivitas dalam dalam arti luas atau yang lazim diketahui oleh masyarakat yaitu subjektivitas adalah pendapat atau gagasan yang ada dalam pikiran seseorang tanpa melihat apa yang sebenarnya, sedangkan objektivitas adalah pendapat atau gagasan seseorang yang berdasarkan bukti yang sebenarnya.
            Di dalam ilmu sejarah yang juga mengenal subjektivitas dan objektivitas memiliki pengertian tersendiri yang sedikit berbeda, banyak sekali pendapat-pendapat yang menyatakan tentang hal itu diantaranya yaitu menurut Bahari(2010)tentang pengertian subjektivitas dan objektivitas yaitu:
”objektivitas dan subjektivitas merupakan dua kata yang seringkali salah difahami oleh sebagian orang terutama dalam penulisan sejarah.Padahal kata objektif dalam penulisan sejarah mengacu pada peristiwa yang sebenarnya terjadi dan tidak bisa terulang lagi. Sedangkan sejarah yang subjektif merupakan gambaran dari peristiwa sejarah yang di tulis oleh seorang sejarawan. Karena itu kedua-duanya merupakan bagian dari penulisan sejarah”.

Sedangkan menurut pendapat Prasetyo(2011) yang menyatakanbahwa:

“kenyataan yang terkandung dalam setiap fakta sejarah secara subtansial selalu diikuti oleh aspek subjektif sang sejarawan, hal ini merupakan suatu kesatuan antara pandangan pribadi atas satu peristiwa sejarah dan ilmu bantu yang ia gunakan, serta filsafat sejarah apa yang ia anut ketika memandang suatu peristiwa sejarah dalam konteks fakta historis”.

Sehingga penulisan suatu sejarah maupun menentukan suatu sejarah tidak terlepas dari kedua aspek tersebut bahwa seorang dalam membuat suatu karya tentang sejarah memerlukan pemikiran atau tafsiran dari diri orang itu sendiri dengan mengacu pada data dan sumber yang jelas dan sudah di temukan.
Penulisan sejarah ini memerlukan keahlian dan pemahaman tersendiri tentang sejarah  karena dalam menentukan suatu sejarah itu tidak semudah membuat karya yang lain yang hanya merujuk dari gagasan sendiri namun dalam penulisan suatu sejarah membutuhakan gagasan sendiri, data yang ditulis itu nyata dan sudah dilakukan sebuah atau beberapa penelitian sehingga data yang dihasilkan sangat layak untuk dipercaya.

2.2    Kebenaran Subjektivitas dan Objektivitas dalam Ilmu sejarah
Ilmu sejarah dapat mempunyai nilai kebenaran yang dilihat dari aspek pembelajarannya tentang masa lalu dan diperjelas dengan dilakukannya penelitian sehingga dapat dipercaya kebenaran hasilnya. Kebenaran sangat di butuhkan dalam hal apapun karena memberikan fakta, kecocokan dan keaslian dalam suatu hal. Kebenaran memiliki arti ketepatan suatu hal pada tempat yang seharusnya. Dalam mempelajari ilmu sejarah kebenaran tentang subjektivitas itu sulit ditentukan karena merupakan pemikiran dari seorang sejarawan atau penulis sejarah yang belum tentu menjadi hal benar-benar terjadi.                                                            Namun, kebenaran objektifitas dan subjektifitas dalam sejarah memang tidak dapat dikatakan sebagai ilmiah. Sebuah pelukisan sejarah kita sebut subjektif, bila subyek yang tahu yakni sejarawan sendiri jelas hadir didalamnya. Sedangkan pelukisan sejarah kita sebut objektif, bila hanya obyek penulisan sejarah dapat diamati ( Ankersmith,1987). Karena itu subjektivitas di benarkan dalam penulisan sejarah, bahkan hal tersebut tidak akan bisa lepas dari seorang sejarawan. Begitu juga sebaliknya, sejarawan tidak akan bisa menemukan objektivitas sama halnya seperti objektivitas dalam ilmu alam ataupun sebagian ilmu sosial yang secara langsung dapat melihat, merasakan, mendengar dan lain sebagainya apa yang menjadi perhatian mereka, karena sejarah yang objektif tenggelam pada peristiwa aslinya yang sudah terjadi dan tidak pernah berulang kembali sebagaimana aslinya(kurniawati, 2008).
            Menurut Gazalba (1981:38), ada dua teori bagaimana cara melaksanakan obyektivitas, sebagai berikut.
1.      Teori positivism. Ilmu sejarah harus membatasi dirinya pada fakta dan hubugan (relasi) antara fakta-fakta.
2.      Teori fenomenologi. Teori ini beranggapan, bahwa ahwa ilmu sjarah harus menentukan metode khusus, yaitu cara mengartikan, menuju pada pengertian makna nilai dan tujuan imanen dari segala-galanya, yaitu semua gejala-gejala kehidupan, terutama kehidupan kebudayaan.
Objektivitas dan subjektivitas merupakan dua kata yang seringkali salah difahami oleh sebagian orang terutama dalam penulisan sejarah. Padahal kata objektif dalam penulisan sejarah mengacu pada peristiwa yang sebenarnya terjadi dan tidak bisa terulang lagi. Sedangkan sejarah yang subjektif merupakan gambaran dari peristiwa sejarah yang di tulis oleh seorang sejarawan. Karena itu kedua-duanya merupakan bagian dari penulisan sejarah (Bahari, 2012).
Sedangkan menurut Gazalba(1966:19) bahwa “Objektivitas itu boleh sadja dipengaruhi oleh pandangan hidup dalam menjusun pertanjaan dan penilaian, asal sadja objektivitas dipertahankan”. Jadi kesimpulannya objektifitas dalam penulisan sejarah itu juga dipengaruhi oleh pandangan dari seorang penulis.














BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan         
            Di dalam ilmu sejarah kesubjektivitas dan objektivitas merupakan hal yang sangat mendasar dalam penulisan maupun menganalisis suatu permasalahan.Kebenaran dalam sebuah penafsiran atau interpretasi sejarah dibutuhkan kebenaran dan keabsahan sehingga data yang di hasilkan dapat dipercaya menjadi suatu karya yang ilmiah. Penulis sejarah harus bisa menempatkan diri dan pemikirannya dalam tulisannya yang tetap berpegang  terhadap kesubjektivitas dan subjektivitas sehingga dapat terjadi keseimbangan diantaranya. Oleh karena itu,subjektivitas di benarkan dalam penulisan sejarah, bahkan hal tersebut tidak akan bisa lepas dari seorang sejarawan. Begitu juga sebaliknya, sejarawan tidak akan bisa menemukan objektivitas, karena sejarah yang objektif meliputi peristiwa aslinya yang sudah terjadi dan tidak pernah berulang kembali sebagaimana aslinya.

3.2Saran
            Dalam melakukan latihan atau penulisan sejarah yang sesungguhnya, khususnya bagi mahasiswa yang masih tergolong pemula dalam pembuatan karya ilmiah yang baik dan benar harus mengaerti dan memahami topik dan juga cara menginterpretasi suatu sejarah yang akan di buat karya ilmiah, kemudian kita harus bisa menyeimbangkan antara subjektivitas dan objektivitas dalam penulisan sejarah yang dapat menjadikan tulisan kita ilmiah dan akurat. Selain itu  pembimbing yang lebih senior dan paham tentang pembuatan karya ilmiah khususnya penulisan sejarah, sangat diperlukan sehingga dapat memberikan masukan-masukan dan mengoreksi tulisan, sehingga karya yang kita buat bisa dikatakan ilmiah.



DAFTAR RUJUKAN
Bahari, Fajar. 2012. Subjektivitas dan Objektivitas Sejarah, (online), (http://fbs9.blogspot.com/2012/12/subjektivitas-objektivitas-sejarah.html), diakses 16 September 2013.
Gazalba, S. 1981. Pengantar Sejarah Sebagai Ilmu. Jakarta:Bhratara Karya Aksara.
_________. 1966. Pengantar Sejarah Sebagai Ilmu. Jakarta:Bhratara Karya Aksara.
Kurniawati, Lestari. 2008. Subjektivitas dan Objektivitas: Nilai- Nilai dalam Pengkajian Sejarah, (online), (http://lestarikurniawati.blogspot.com/2008/12/subjektivitas-dan-objektivitas-nilai.html), diakses 16 September 2013.

Prasetyo, M, Teguh. 2011. Metodologi Sejarah: Objektivitas dan Subjektivitas Sejarah, (online), (http://prasetyo-teguh.blogspot.com/2011/11/blog-post.html), diakses 16 September 2013.