PRINSIP-PRINSIP PEMBELAJARAN SEJARAH
MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
Pengantar Ilmu Sejarah
Yang dibina oleh Bapak Prof. Hariyono, S.Pd., M.Pd.
Disusun Oleh :
Kelompok 9 Offering B
1.
Agus Mahardika Emas (130731602287)
2.
Karolina Setia (130731607284)
3.
Rikha Lilafatu
Rohmaya (130731607229)
UNIVERSITAS
NEGERI MALANG
FAKULTAS
ILMU SOSIAL
JURUSAN
SEJARAH
Desember
2013
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.......................................................................................................... i
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang........................................................................................ 1
1.2
Topik bahasan................................................................................ ........ 2
1.3
Tujuan..................................................................................................... 2
BAB 2 PEMBAHASAN
2.1
Pengertian Prinsip
Pembelajaran Sejarah................................................ 3
2.2
Hakikat Pembelajaran
Sejarah................................................................ 6
2.3
Sumber Pembelajaran Sejarah................................................................ 10
2.4
Kurikulum 2013...................................................................................... 12
2.5
Karaketeristik Pendekatan Scientifik dalam Kurikulum
2013...... ........ 17
BAB 3 PENUTUP
3.1
Kesimpulan............................................................................................. 19
3.2
Saran....................................................................................................... 19
DAFTAR RUJUKAN.......................................................................................... 20
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Seperti yang kita ketahui bahwa, prinsip-prinsip
pembelajaran sejarah merupakan salah satu wahana untuk mencerdaskan bangsa
dalam arti luas yang bersifat pada masa lampau yang di analisis untuk masa kini
dan diproyeksi merencanakan kehidupan masa depan. Prinsip-prinsip pembelajaran
sejarah juga terbagi menjadi dua yaitu ekstern(faktor yang berasal dari luar
individu) dan intern(faktor yang berasal dari dalam individu). Menurut Prof.Dr.A
Chaedaralwasilah bahwa pembelajaran yaitu belajar (learning),mengajar (teaching),dan
pembelajaran (instruction).
Dengan mengetahui lebih lanjut mengenai prinsip-prinsip
pembelajaran sejarah kami dapat meneliti apa saja faktor yang mendukung dalam
proses pembelajaran dan mengetahui aspek-aspek pembelajaran, siapa saja yang
berperan dan sumber metode pembelajaran yang efektif dan efisien agar siswa
yang diberi pelajaran mampu berperan aktif dalam proses tersebut. Teknik-teknik
dan prinsip dalam pengajaran dari seorang dosen/guru pun sangat mempengaruhi
terhadap keberhasilan proses mengajar, sangat diharapkan seorang pengajar juga
mampu mengetahui dengan jeli akan bagaimana lingkungan yang mendukung efisiensi
pembelajaran oleh karakteristik masing-masing siswa yang mempunyai karakteristik
yang berbeda-beda. Dalam proses pembelajaran sejarah pada khususnya juga harus
mempunyai teknik atau metode agar pemahaman siswa akan pelajaran sejarah itu
sendiri tidak hanya bisa dipahami oleh siswa melainkan bisa memberi manfaat
untuk pembentukan karakteristik remaja yang mempunyai semangat meneruskan
perjuangan pahlawan di masa lalu dengan menggunakan pedoman pembelajaran yang
positif.
1.2) Topik Bahasan
Dalam pembuatan makalah ini kami bermaksud mengetahui
tata cara atau prinsip pembelajaran yang dilaksanakan dalam sebuah instansi
pembelajaran yang dilakukan oleh seorang Dosen kepada muridnya, diantaranya
apakah yang dimaksud dengan prinsip pembelajaran sejarah, bagaimana
pembelajaran sejarah disekolah dan apa saja sumber pembelajaran sejarah, bagaimana
kurikulum 2013 diterapkan dan bagaiman pendekatan saintifik itu.
1.3) Tujuan
1)
Untuk mengetahui
sejauh mana pelajar atau pengajar mengetahui tentang prinsip-prinsip
pembelajaran sejarah.
2)
Agar pelajar atau
pengajar mengetahui secara luas tentang prinsip-prinsip pembelajaran sejarah.
3)
Untuk mengetahui proses
pembelajaran yang efektif dan efisien.
4)
Untuk mengetahui
kurikulum 2013.
5)
Untuk mengetahui
pendekatan saintifik dalam pembelajaran.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Prinsip Pembelajaran Sejarah
Sebelum
kita mengerti apa pengeritan prinsip pembelajaran sejarah kita harus paham dulu
apa pengertian dari sejarah dan hakikatanya seperti halnya yang dijelaskan oleh ( Kochhar, 2008).
Istilah history
(sejarah) diambil dari kata historia dalam bahasa Yunani yang berarti
“informasi” atau “penelitian yang ditujukan untuk memperoleh kebenaran”.
Sejarah pada masa itu hanya berisi tentang “manusia-kisahnya”-kisah tentang
usaha-usahanya dalam memenuhi kebutuhannya untuk menciptakan kehidupan yang
tertib dan teratur, kecintaannya akan kemerdekaan, serta kehausannya akan
keindahan dan pengetahuan.
Selain itu Kochhar, (2008) juga memberikan
pengertian tentang Hakikat sejarah.
Sejarah
adalah ilmu tentang manusia. Sejarah berkaitan dengan ilmu hanya apabila
sejarah menkaji tentang kerja keras manusia dan pencapaian yang di perolehnya.
Sejarah menguamakan kajian tentang orang-orang yang “ menaklukan daratan dan
lautan tanpa beristiahat” dari pada mereka yang “berdiri dan menunggu”. Sejarah mengkaji manusia dalam lingkup
waktu. Waktu merupakan unsur esensial dalam sejarah. Sejarah berkaitan
dengan rangkaian peristiwa, dan setiap peristiwa terjadi dalam lingkup waktu
tertentu. Sejarah mengkaji manusia dalam
lingkup ruang. Baik sebagai individu maupn bangsa, manusia dipelajari alam
konteks lingkungan fisik dan geografis. Sejarah
menjelaskan masa kini. Masa kini merupakan susunan peristiwa masa lampau.
Tugas
sejarah adalah menjelaskan evolusi lahirnya masa kini tersebut. Sejarah merupakan dialog antara peristiwa
masa lampau dan perkembangan ke masa depan. Interpretasi terhadap masa
lampau dilakukan sejarawan, seleksinya terhadap peristiwa yang signifikan dan
relevan, membuka kesadaran akan timbulnya tujuan-tuuan baru kemasa depan. Sejarah merupakan cerita tentang pembangunan
kesadaran manusia, baik dalam aspek individual maupaun kolektif. Pembangunan
ari zaman batu sampai zaman modern, perkembngan kesadran kota yunani, dan
kebangsaan india, sistem pertanian komunal israel, atau proses penemuan
identitas diri suatu bangsa.
Jadi, sebelum kita paham
akan arti dari Prinsip Pembelajaran Sejarah kita harus tau seluk beluk sejarah
dalam arti luas agar kita bisa tau dan mengerti betul apa yang sebenarnya di
bahas dan di pelajaridalam sejarah. Setelah kita paham pengertian sejarah dan
hakikatnya maka kita langsung kepada Pngertian Prinsip Pembelajaran Sejarah
sendiri seperti yang dijelaskan oleh Sutjiainingsih, (1995:1) menurut beliau
Sejarah merupakan wadah untuk mendorong terbentuknya
karakteristik mahasiswa tentang pentingnya sejarah leluhur bangsa. Terciptanya
bangsa yang besar yaitu dengan tatap menghargai sejarah bangsanya sendiri dari
awal-awal perjuangan melawan penjajah sampai dengan terciptanya kemerdekaan
suatu bangsa. Pengajaran sejarah bersifat meneliti kehidupan masa lampau yang
didukung dengan penemuan-penemuan masa lampau/prasejarah.
Prinsip pembelajaran sejarah sejarah adalah salah
satu wahana untuk mencerdaskan bangsa. Dengan sifatnya yang unik, sejarah
perpijak pada fakta masa lampau yang di analisis untk memahami masa kini dan
diproyeksikan untuk merencanakan kehidupan masa depan.
Dengan
adanya prinsip pembelajaran sejarah kita bisa tahu metode belajar sejarah yang
bagai manakah yang kita inginkan, prinsip-prinsip pembelajaran sejarah memberi
pengetahuan tentang sejarah dan seluk- beluknya sesuai kebutuhan.
.
2.2 Pembelajaran Sejarah
2.2.1
Hakikat Pembelajaran
Menurut
Prof.Dr.A Chaedar alwasilah, MA memberikan batasan terhadap istilah
belajar,mengajar, dan pembelajaran, yaitu: belajar (learning), mengajar (teaching),
dan pembelajaran (instruction). Pada
hakikatnya pembelajaran adalah proses mengajar dengan metode dan teknik yang
berbeda-beda, salah satunya dengan tanya jawab antara mahasiswa dengan Dosen.
Dengan teknik berkelompok, sehingga dengan berkelompok dapat berkomunikasi
mahasiswa bisa saling bertukar pikiran satu sama lain. Pembelajaran adalah
proses memberi informasi dengan mengelola lingkungan pembelajaran dengan
efektif dan efisien (Abdul Rohman :2008). Maksudnya, dalam menjalankan proses
belajar mengajar, pembimbing tidak saja harus mengajar pengetahuan kepada
siswa, namun juga harus mengajarkan norma-norma yang ada dalam masyarakat.
Mengajar
juga disebut membimbing pengalaman anak, bagaimana agar anak tersebut dapat
aktif beraktivitas dalam lingkungannya. Dari pembimbingan pengalaman tersebut
diharapkan anak memperoleh kecakapan, sikap dan karakter yang baik, sehingga
siswa dapat mengembangkan mentalnya untuk bisa beradaptasi dengan lingkungan
dan bisa bisa mengembangkan bakatnya dalam kehidupan sehari-hari. Jadi pengalaman
dengan lingkungan itulah yang harus diberikan pembimbing kepada anak didik,
karena sumber dari belajar itu sendiri adalah pengalaman agar siswa nantinya
selain dapat pengetahuan yang maksimal juga dapat mengahadapi masalah-masalah
dalam kehidupannya. Selain itu, siswa dapat terjun kedalam lingkungan soialnya,
menerapkan norma-norma, pikiran, dan perasaanya
kedalam pribadi anak tersebut.
2.2.2 Status
Mata Pelajaran Sejarah
Terdapat
beberapa diskusi tentang tujuan pembelajaran sejarah yang diajarkan dalam
organisasi pendidikan di Indonesia. Dari diskusi tersebut terdapat tujuan bahwa
untuk mewujudkan sejarah dalam skema pendidikan, sejarah perlu diajarkan sampai
kelas sepuluh. Menyesuaikan dengan pola pendidikan baru, sejarah yang diajarkan
di sekolah dasar menjadi bagian dari ilmu sosial, kisah-kisah dan cerita dari
tokoh dan peristiwa umumnya yang akan dipelajari. Di kelas bawah dan menengah
sejarah dipelajari sebagai bagian dari ilmu sosial. Di kelas menengah sejarah
yang diajarkan yaitu sejarah tentang kehidupan peradaban masyarakat India
dimulai dari zaman prasejarah sampai perkembangan saat ini.
Pendekatannya
tentang sejarah dinasti ke kondisi sosial dan ekonomi serta aspek
kebudayaannya. Menurut teori Patel dalam Kochher (2008:21) silabus sejarah yang
dianjurkan sebagai berikut: Kelas VI-India Kuno; Kelas VII-India Madya; Kelas
VIII-India Modern. Sedangkan untuk kelas IX dan X juga diajarkan pelajaran
tentang Sejarah Umat Manusia yang dimulai dari zaman prasejarah. Pada
prinsipnya pembelajaran yang diajarkan mengenai pertumbuhan status sosial dan
perkembangan pengetahuan dan budaya.
Perkembangan
historis dari negara-negara didunia pun juga dipelajari, namun materi yang
diajarkan dari historis tersebut khusus bagi negara yang yang mempunyai nilai
penting bagi sejarah pada umat manusia pada umumnya, “sebagai tambahan dalam konteks ini, gerakan
kaum sosialis, perang dunia, bangkitnya Asia, Afrika, Amerika Latin, dan
masalah perdamaian dan kerja sama internasional serta tata ekonomi baru
diperkenalkan ...”
(Kochhar, 2008:21).Dari pernyataan tersebut materi yang diajarkan kepada siswa
bukan hanya dari aspek politik sejarah,
namun juga pada aspek ekonominya sehinnga para siswa mengetahui perkembangan
dunia masa sekarang serta masalah yang terjadi pada negara tersebut pada saat
ini. Jadi, sejarah merupakan mata pelajaran inti yang harus diajarkan sampai
tingkat sepuluh sebagai salah satu mata pelajaran yang penting dalam dunia
pendidikan.
2.2.3 Penyeleksian
Materi Pelajaran Untuk Tingkatan Yang Berbeda
Teori yang
digunakan untuk menyeleksi materi pelajaran adalah sebagai berikut:
1. Teori
zaman kebudayaan dari Stanley Hall
Teori
ini menerangkan bahwa perkembangan mental setiap individu merupakan kesimpulan
dari perkembangan mental umat manusia. Kochhar (2008:70) menyimpulakan teori
ini dengan teori dalam sejarah maka dapat dijelaskan “ sejarah anak-anak cocok
untuk anak-anak, sejarah remaja cocok untuk para remaja, sejarah pemuda cocok
untuk para pemuda,dan sejarah orang dewasa cocok untuk orang-orang dewasa”.
Jadi, dalam penerapannya sejarah harus menyesuaikan dengan umur dan kemampuan
dari siswanya. Berdasarkan prinsip ini dikelompokkan sejarah zaman kuno untuk
anak sekolah dasar, sejarah zaman madya untuk anak kelas menengah pertama, dan
sejarah modern untuk anak kelas menengah atas. Diasumsikan bahwa tidak sulit
untuk mengetahui tahap-tahap perkembangan kehidupan manusia pada zaman
primitif, tetapi untuk tahap berikutnya permasalahan menjadi semakin kompleks
dan tahap perkembangannya menjadi semakin sulit.
2. Pendekatan
Biografis
Secara
umum kita ketahui bahwa sejarah berisi tentang tokoh-tokoh besar dan tentang
kehebatan dari tokoh tersebut, baik tentang tindakannya maupun tentang
inspirasi yang mereka berikan. Berdasarkan teori pendekatan Biografis ini, sejarah
diajarkan sebagai cerita dari
orang-orang besar dinegeri kita dengan kronologis.
Pada
tahap awalnya, sejarah yang sering dimengerti oleh anak-anak adalah sejarah yang mengisahkan tentang
tokoh-tokohnya dan mengenai
prinsip-prinsipnya saja, sehingga sejarah awalnya sudah memberikan wawasan
kepada anak dan pada tahap berikutnya mereka akan lebih menyiapakan diri untuk
mengetahui gerak sejarah lebih jauh. Oleh karena dalam memberikan gagasan
kepada anak diperlukan tokoh yang tepat, tidak hanya tokoh dari dalam negara
kita sendiri tetapi juga dari seluruh dunia yang layak untuk kita pelajari.
Tokoh tersebut dapat juga dari para ilmuwan, penemu, seniman, tokoh agama dan
yang lainnya juga perlu untuk dipelajari.
3. Teori
Psikologi
Teori
ini menyinggung tentang sasaran materi yang memenuhi kebutuhan anak sesuai
dengan tingkat perkembangan mentalnya. Teori ini memiliki 3 proses tahapan
pembelajaran, yaitu: tokoh, peristiwa, dan gagasan. Tahap yang paling awal adalah tokoh, untuk
pemikiran anak-anak tokoh akan lebih mudah dipahami, tokoh yang diakui
berdasarkan dokumen-dokumen dan diakui semua pihak. Pada tahap berikutnya yaitu
peristiwa, peristiwa tentang tindakan dari para tokoh dan yang akan dipelajari
oleh siswa. Menurut Edward Gibbon dalam Khochhar (2008:74) “berbagai peristiwa
sejarah mengubah wajah bumi jauh lebih dahsyat daripada banjir dan gempa bumi”.
Artinya berbagai peristiwa sejarah yang disampaikan kepada anak-anak memililiki
imajinasi kuat sehingga mereka tertarik dengan fakta sejarah. Pada tahap ketiga
yaitu gagasan yang selalu mendorong manusia menuju gagasan besar ke tujuan
puncak peradaban. Gagasan yaitu dasar pemikiran yang dilakukan para tokoh dalam
berbagai peristiwa. Dalam teori psikologi ini pembelajaran sejarah dapat
dilaksanakan apabila kita menggunakan tahap dari tokoh-peristiwa-dan gagasan.
Oleh karena itu, teori ini juga memiliki spiral kumulatif melalui tiga tahap,
tahap pertama anak anak disekolah dasar belajar sejarah melalui tokoh-tokoh,
anak-anak yang lebih besar di sekolah menengah
pertama belajar sejarah melalui peristiwa, sedangkan anak di sekolah menengah
atas belajar sejarah melaui gagasan.
2.3 Sumber
Pembelajaran Sejarah
Sumber
pembelajaran adalah sarana pembelajaran dan pengajaran yang sangat penting (Kochhar, 2008:160). Ini berarti
bahwa seorang pendidik harus bisa mengembangkan sumber-sumber pembelajaran yang
ada misalnya dari buku cetak untuk menambah atau memperjelas apa yang
dijelaskan didalam buku tersebut, siswa juga diharapkan dapat menambah wawasan
dan minat belajar melalui sumber pembelajaran yang disediakan oleh pihak
sekolah. Menurut Kochhar (2008:161
) sumber pembelajaran
dibagi menjadi 3
sumber.
1. Buku
Cetak
Semua buku yang digunakan sebagai dasar atau
bagian dari dasar fokus pembelajaran bisa disebut buku cetak (Kochhar, 2008). Buku ini berisi
pengetahuan yang dipilih sebagai bahan dasar untuk pembelajaran dan tersusun
secara sistematis. Buku cetak ini juga disusun dengan topik-topik pembelajaran
yang utuh dan terkait satu sama lain, serta harus disesuaikan dengan kemampuan
tingkat siswa dan diusahakan penuh dengan keanekaragaman perlengkapan dari isi
buku ini agar dapat memenuhi fungsi dari proses belajar. Hal yang membedakan
antara buku cetak dengan buku biasa adalah dalam hal teknik dan motif belajar-mengajar
yang diinstruksikan. Buku cetak menjadi suatu hal yang tidak dapat dipisahkan
dari sistem pendidikan sampai saat ini, serta menjadi alat bantu dalam
pembelajaran sejarah yang sangat diperlukan.
2. Bahan
Bacaan Pelengkap
Bahan
bacaan pelengkap digunakan untuk memberikan nilai tambah pada buku cetak dan
apa saja yang disampaikan oleh pembimbing. Disini buku bacaan pelengkap
bersifat memberikan keterangan-keterangan tambahan untuk topik utamanya.
Siswa
yang dianggap belum memahami buku cetak dapat menggunakan penjelasan yaitu dari
bacaan pelengkap ataupun dengan bantuan guru.
Jadi,
bacaan pelengkap merupakan nilai tambah untuk memperluas lingkup yang
dipelajari.
3. Buku
Latihan
Buku
latihan digunakan untuk mengukur sebagaimana jauh kemampuan siswa untuk
memahami apa yang telah diajarkan. Dengan mengerjakan tugas-tugas dari buku
latihan siswa diharapkan dapat lebih mengarah kepada konsep yang ada dalam buku
crtak. Misalnya kita memberikan latihan kepada siswa tentang gambar dari
beberapa alat senjata kuno dan siswa dianjurkan untuk bisa menebak apa alat
senjata kuno tersebut.
2.4 Kurikulum
2013
Pemerintah
RI dalam UUSPN menyebutkan bahwa “kurikulum adalah seperangkat rencana dan
pengaturan isi pelajaran, bahan kajian, dan cara penyampaian serta penilaiannya
yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
belajar-mengajar”. Jadi dalam menyelenggarakan kegiatan belajar-mengajar itu
sendiri harus direncanakan sesuai dengan karakteristik di Indonesia agar
berjalan dengan seimbang dan terus berkembang menjadi lebih baik.
Kurikulum pendidikan oleh Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan tentang Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar dan Menengah
Pasal 1
(1)Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar dan
Menengah digunakan sebagai acuan utama pengembangan standar isi, standar
proses, standar penilaian pendidikan, standar pendidik dan tenaga kependidikan,
standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, dan standar pembiayaan.
2)StandarKompetensi
Lulusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a.Kompetensi Lulusan SD/MI/SDLB/Paket A;
b.KompetensiLulusan SMP/MTs/SMPLB/Paket
B; dan
c.KompetensiLulusan
SMA/MA/SMK/MAK/SMALB/Paket C
3)Standar
Kompetensi Lulusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran
yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
A. Struktur
Kurikulum dan Beban Belajar untuk tingkat Sekolah Dasar oleh Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan 2013
Struktur
Kurikulum
Menurut
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Struktur
Kurikulum adalah gambaran konsep konten kurikulum dalam bentuk mata pelajaran,
posisi mata pelajaran dalam kurikulum, beban belajar untuk mata pelajaran, dan
beban belajar per minggu untuk setiap peserta didik.
|
Alokasi Waktu Belajar Per Minggu
|
|
Mata Pelajaran
|
I
|
II
|
III
|
IV
|
V
|
VI
|
Kelompok A
|
|
1
|
Pendidikan Agama dan Budi Pekerti
|
4
|
4
|
4
|
4
|
4
|
4
|
2
|
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
|
5
|
5
|
6
|
4
|
4
|
4
|
3
|
Bahasa Indonesia
|
8
|
9
|
10
|
7
|
7
|
7
|
4
|
Matematika
|
5
|
6
|
6
|
6
|
6
|
6
|
5
|
Ilmu Pengetahuan Alam
|
|
|
|
3
|
3
|
3
|
6
|
Ilmu Prngetahuan Sosial
|
|
|
|
3
|
3
|
3
|
Kelompok B
|
1
|
Seni Budaya dan Prakarya
|
4
|
4
|
4
|
5
|
5
|
5
|
2
|
Pendidikan Jasmani, olah raga, dan Kesehatan
|
4
|
4
|
4
|
4
|
4
|
4
|
Jumlah Alokasi Wktu Per Minggu
|
30
|
32
|
34
|
36
|
36
|
36
|
Untuk Kelompok A adalah kelompok mata
pelajaran yang kontennya dikembangkan oleh pusat
Untuk Kelompok B adalah kelompok mata
pelajaran yang dikembangkan oleh pusat dan pemerintah daerah
Beban Belajar
Beban
belajar diakumulasikan dalam setiap jam per minggu untuk satu semester. Beban
belajar di SD/MI kelasI, II, dan III masing-masing 30, 32, 34sedangkan untuk
kelasIV, V, dan VI masing-masing 36 jam setiap minggu. Jam belajar SD/MI adalah
35menit.
B. Struktur
Kurikulum dan Beban Belajar untuk tingkat Sekolah Menengah Pertama oleh
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2013
Struktur
Kurikulum
Alokasi Waktu Belajar Per Minggu
|
Mata Pelajaran
|
I
|
II
|
III
|
|
Kelompok A
|
|
Pendidikan Agama dan Budi Pekerti
|
3
|
3
|
3
|
|
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
|
3
|
3
|
3
|
|
Bahasa Indonesia
|
6
|
6
|
6
|
|
Matematika
|
5
|
5
|
5
|
|
Ilmu Pengetahuan Alam
|
5
|
5
|
5
|
|
Ilmu Prngetahuan Sosial
|
4
|
4
|
4
|
|
Bahasa Inggris
|
4
|
4
|
4
|
|
Kelompok B
|
|
Seni Budaya
|
3
|
3
|
3
|
|
Pendidikan Jasmani, olah raga, dan Kesehatan
|
3
|
3
|
3
|
|
Prakarya
|
2
|
2
|
2
|
|
Jumlah Alokasi Wktu Per Minggu
|
38
|
38
|
38
|
|
Untuk
Kelompok A adalah untuk mata pelajaran pusat, sedangkan konten mata pelajran
pusat yang dikembangkan dengan konten mata pelajaran yang dikembangkan oleh
pemerintah daerah. Ilmu Pengetahuan Alam dan Ilmu Pengetahuan Sosial adalah
mata pelajaran integrative scientic dan integrative social studies, bukan
sebagai pendidikan disiplin ilmu.
Seni Budaya terdiri dari empat aspek
yaitu: seni rupa, seni musik, seni tari, dan seni teater. Prakarya terdiri dari
kerajinan,rekyasa,budidaya, dan pengolahan.
Beban Belajar
Dalam
struktur kurikulum SMP/MTs ada penambahan jam belajar per minggu dari semula
32, 32, dan 32 menjadi 38, 38, dan 38 untuk masing-masing kelas VII,VIII,dan
IX. Sedangkan lama belajar untuk setiap jam belajar di SMP/MTs tetap yaitu 40
menit.
C. Struktur
Kurikulum dan Beban Belajar untuk tingkat Sekolah Menengah Atas oleh
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2013
Struktur
Kurikulum
Kelompok
Mata Pelajaran Wajib
Mata Pelajaran
|
I
|
II
|
III
|
Kelompok A
|
Pendidikan Agama dan Budi Pekerti
|
3
|
3
|
3
|
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
|
2
|
2
|
2
|
Bahasa Indonesia
|
4
|
4
|
4
|
Matematika
|
4
|
4
|
4
|
Sejarah
Indonesia
|
2
|
2
|
2
|
Bahasa Inggris
|
2
|
2
|
2
|
Kelompok B
|
Seni Budaya
|
2
|
2
|
2
|
Pendidikan Jasmani, olah raga, dan Kesehatan
|
3
|
3
|
3
|
Prakarya dan Kewirausahaan
|
2
|
2
|
2
|
Jumlah Jam Pelajaran Kelompok A dan B Per Minggu
|
24
|
24
|
24
|
Kelompok
C (Peminatan)
|
|
|
|
Mata
Pelajaran Peminatan Akademik (SMA/MA)
|
18
|
20
|
20
|
Jumlah
Jam Pelajaran Yang Harus Ditempuh Per Minggu
|
42
|
44
|
44
|
Kelompok Mata Pelajaran Peminatan
Mata Pelajaran
|
X
|
XI
|
XII
|
Kelompok A dan B
(Wajib)
|
24
|
24
|
24
|
C.
Kelompok Peminatan
|
|
|
|
Peminatan Matematika dan Ilmu-ilmu Alam
|
3
|
4
|
4
|
Matematika
|
3
|
4
|
4
|
Biologi
|
3
|
4
|
4
|
Fisika
|
3
|
4
|
4
|
Kimia
|
3
|
4
|
4
|
Peminatan
Ilmu-Ilmu Sosial
|
Geografi
|
3
|
4
|
4
|
Sejarah
|
3
|
4
|
4
|
Sosiologi
|
3
|
4
|
4
|
Ekonomi
|
3
|
4
|
4
|
Peminatan
Ilmu-Ilmu Bahasa dan Budaya
|
|
|
|
Bahasa
dan Sastra Indonesia
|
3
|
4
|
4
|
Bahasa
dan Sastra Inggris
|
3
|
4
|
4
|
Bahasa
dan Sastra Asing Lainnya
|
3
|
4
|
4
|
Antropologi
|
3
|
4
|
4
|
Mata
Pelajran Pilihan dan Pendalaman
|
|
|
|
Pilihan
Lintas Minat dan/atau Pendalaman Minat
|
6
|
4
|
4
|
Jumlah
Jam Pelajaran yang Tersedia Per Minggu
|
66
|
76
|
76
|
Jumlah
Jam Pelajaran yang Harus Ditempuh Per Minggu
|
42
|
44
|
44
|
Beban Belajar
Dalam struktur kurikulum SMA/MA ada
penambahan jam belajar per minggu sebesar 4-6 jam sehingga untuk kelas X
bertambah dari 38 jam menjadi 42 jam belajar, dan untuk kelas XI dan XII
bertambah dari 38 jam menjadi 44 jam belajar. Sedangkan lama belajar untuk
setiap jam belajar adalah 45 menit.
2.4 Karaketeristik
Pendekatan Scientifik dalam
Kurikulum 2013
A. Esensi Pendekatan Ilmiah
Dalam kurikulum 2013 diamanatkan lebih pada pada pendekatan scientifik,
pada pendekatan yang menggunakan
penalaran induktif dan penalaran
deduktif. Penalaran deduktif adalah
penalaran yang melihat fenomena-fenomena yang umum kemudian membuat kesimpulan yang
khusus, sedangkan penalaran induktif adalah memandang fenomena-fenomena yang
bersifat khusus lalu kemudian membuat esensi secara keseluruhan.
(http://penelitiantindakankelas.blogspot.com)
B.
Langkah-langkah Pembelajaran Saintifik
1.
Mengamati
Kegiatan yang biasanya dilakukan
dalam pengamatan yaitu observasi objek yang dianalisis dengan materi
pembelajaran yang diajarkan guru.
2.
Menanya
Pertanyaan dapat diajukan oleh
guru atau siswa dan pertanyaan yang diajukan adalah untuk mendapat tanggapan
verbal dari narasumber.
3.
Mengumpulkan
Peserta didik dapat mengumpulkan
sumber materi baik yang terdapat di buku pelajaran atau dari jejaring internet.
4.
Mengasosiasi
Setelah mendapat beberapa sumber
dar buku pelajaran dan internet kemudian data yang diperoleh dapat dianalisis
dan dikumpulkan.
5.
Mengomunikasikan
Setelah mendapat kesimpulan,
kesimpulan yang diperoleh dapat disampaikan kepada guru atau pembimbing.
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Hakikat pembelajaran yang sebenarnya bukan hanya dari
pengetahuan saja tetapi juga dengan membimbing pengalaman pada pribadi anak
2. Dengan mengetahui prinsip pembelajaran sejarah dapat menentukan faktor lingkungan yang
mempengaruhi proses pembelajaran tersebut serta dapat
3. Menentukan bentuk belajar dengan memahami prinsi-prinsip
pembelajaran sejarah.
3.2
Saran
Pendidikan
sejarah merupak ibu dari semua pelajaran lain, oleh karena itu diharapkan untuk
mencetak generasi bangsa yang baru dengan pribadi yang baik pemerintah dapat
mensosialisasikan pentingnya pendidikan sejarah itu untuk mencetak
karakteristik bangsa, dan tetap melestarikan peninggalan budaya bangsa. Dalam
penulisan makalah ini penulis sadar bahwa terdapat banyak kekurangan
didalamnya, oleh karena itu penulis mohon untuk diberi kritik dan saran untuk
membangun makalah ini agar dapat lebih baik lagi.
DAFTAR RUJUKAN
Faiq, M. 2013. Karakteristik
Pendidikan Scientific (Ilmiah) dalam Kurikulum 2013, (Online), (http://penelitiantindakankelas.blogspot.com/2013/07/karakteristik-pendekatan-ilmiah-scientific-dalam-kurikulum-2013.html),
diakses pada 09 Desember 2013.
Gazaba,
Sidi, Drs. 1981. Pengantar Sejarah
Sebagai Ilmu. Jakarta: Bharatara Karya Aksara
Kochhar,S.
K. 2008. Pembelajaran Sejarah Teaching Of
History. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia.
Rahman,
Abdul. 2011. Prinsip-prinsip Pembelajaran.
Makalah disajikan pada Universitas Pendidikan Indonesia di Jakarta, 06 Februari
2011. (Online), (http://arassh.wordpress.com), diakses pada 18 Septemeber 2013.
Sutjiatiningsih,
Sri, Drs. 1995. Pengajaran Sejarah.
Jakarta: Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Sejarah Nasional.
Urip. 2013. Kurikulum
2013, (Online), (http://urip.files.wordpress.com/2013/02/kurikulum-2013),
diakses pada 09 Desember 2013.
Wildan, M. 2013. Pengertian
Kurikulum, Bagaimana Kurikulum 2013?, (Online), (http://edukasi.kompasiana.com/2013/09/22/pengertian-kurikulum-bagaimana-dengan-kurikulum-2013-594059.html),
diakses 09 Desember 2013.